#AkuLanjutinYa

Awalnya cuma iseng-iseng aja liat blog salah satu member dari idol grup di Indonesia. Idol group yang merupakan sister group dari sebuah idol group besar di jepang.
Ternyata di blognya itu, member ini menuliskan sebuah awal cerita, dimana dia menantang pembacanya untuk melanjutkan awal cerita itu.
Setelah membaca, saya jadi sedikit tertantang buat ngelanjutin ceritanya.

Inilah Awalnya cerita yang ditulis oleh member idol group itu, Ratu Vienny Fitrilya.
Berikut saya mencoba menulis sambungannya :)

Cekidot!

- - - oOo - - -

Sebenarnya, tidak sulit untuk mengenali dirinya.
Hal tersulit sampai saat ini adalah ketika menahan serangan senyum manisnya, walau hanya sesekali senyum itu diberikan.
Senyum yang seakan ingin menyayat tubuhku ini.

Dia pun kemudian mulai berbicara, Halus suaranya.
Membuatku semakin nyaman untuk terus menatapnya berbicara.
Sampai akhirnya ketika ia berhasil mencapai fase lainnya.

Ah, inilah kelemahanku!
Kelemahan yang bisa membuat lawan bicaraku secara brutal bisa mendominasi diriku.
Aku paling tidak bisa melewati fase ini.
Fase dimana kedua bola mata kita terfokus satu.

Aku pun kemudian memalingkan mataku kebawah.

"Kamu kenapa?" tanyanya tiba-tiba sambil sedikit tertawa.
"Ngg... ngga kenapa-kenapa kok" jawabku.
"Ga kenapa-kenapa kok mukanya merah gitu? hahaha" katanya lagi.
"Engg... eh kamu besok ikut liburan akhir sekolah bareng angkatan ga?" tanyaku tiba-tiba, berusaha mengalihkan topik.

Sejenak aku bingung, kenapa aku menanyakan hal tersebut.
Ya, aku memang tidak sekelas dengan dirinya. Ga ada cara lain untuk mengetahuinya selain menanyakannya langsung,

"Oh yang ke pulau itu ya? ikut dong!" serunya.
"kapan lagi kan bisa hangout bareng teman-teman SMA? hehe" jawabnya.
"Lagian aku juga suka pantai. pengen ngerasain aja kalo pantai di pulau itu gimana hehe. kamu ikut kan?" sambungnya lagi.
"kayaknya ikut deh, gatau juga mau ngapain soalnya hehe"sahutku.

Lalu aku mengambil handphoneku disaku celana dan menuliskan pesan ke LINE ketua kelas ku.

'Bro, gue jadinya ikut ya liburannya, gue berubah pikiran.
maaf mendadak. masih bisa join kan?'

Hahaha!
Beberapa waktu yang lalu, ketika didata oleh ketua kelas, aku memang mengatakan tidak akan ikut liburan ini. Aku sebenarnya kurang begitu tertarik dengan pantai.
Tapi semua ini berubah barusan,
Dia merubahnya!
Barusan saja ketika dia bilang dia akan ikut liburan.
Dia seperti magnet yang menarikku mengikuti dunianya.
Seketika akupun (sangat) berharap masih bisa ikut liburan itu.

Akupun melanjutkan pembicaraan dengannya sambil menggenggam erat handphone ku.
Berharap mendapat kabar sesegera mungkin,

Ah ini dia!
Handphoneku bergetar, ada LINE masuk,
Akupun langsung membuka pesan LINE yang ternyata dari Ketua Kelasku.

'Bisa bro, pas banget, kurang 1 orang nih
Ada yang batal ikut soalnya, sampe ketemu di dermaga besok ya
Jangan lupa bawa uangnya'.

Aku pun membalas,

'Oke, sip!'

Yes!
Senyum kemenangan mengalir deras di wajahku.
Senyum kemenangan yang jadi alasan cukup kuat untuk membuatnya tiba-tiba bertanya, "kamu kenapa? kok senyum-senyum seneng gitu?"
"eh... anu, gapapa kok" jawabku.
"ooohhhh...." jawabnya sambil senyum meledek,

Setelahnya suasana siang itu jadi lebih cair.
Kita banyak menceritakan kejadian-kejadian lucu selama sekolah.
Kita juga menceritakan rencana masa depan kita masing-masing.
Rancana dalam menggapai cita-cita setelah kita lulus dari SMA ini. 
Kita ?
Ya, kita. Aku ga tau kata apa lagi yang pas untuk merepresentasikan aku dan dia selain kita.
Setidaknya, itulah yang ada dikepalaku saat itu.

Tidak terasa waktu terlalu cepat berjalan.
Sudah pukul 7 malam!
Aku tentu saja punya banyak hal yang bisa diceritakan, karena belum pernah ngobrol banyak sebelumnya. Bahkan sekelas pun belum pernah.
Tentunya hal ini yang membuat aku seakan-akan masuk ke dalam mesin waktu ketika ngobrol dengannya.
Aku harap dia juga begitu, karena ini akan jadi yang pertama dan terakhir kalo ternyata dia bosan dengan obrolan sedari tadi.

Akhirnya, kita pun menyudahi pertemuan hari itu.
Aku pun  pulang bersamanya, karena ternyata rumahnya ada di komplek yang sama dengan rumahku. Hanya berbeda beberapa blok saja.
Ah kemana saja aku selama ini sampai tidak mengetahuinya.
Kalo aku ga bertemu dengannya hari ini, tentu saja aku tidak akan pernah tau.

Pukul 1 dini hari, insomnia!

Aku tidak bisa tidur.
Sudah cukup lama aku terbaring tanpa terpejam.
Barang yang akan aku bawa liburan hari ini sudah kumasukkan kedalam daypack ku.
Tidak ada barang-barang aneh yang kubawa.

Semakin tak bisa tidur, akupun mulai mengutak-atik ipodku.
Aku kemudian melihat playlist di ipodku.
Ah sepertinya ada yang kurang, pikirku.

Pukul 5 pagi, dermaga

Aku sampai dermaga dengan tergesa-gesa karena takut terlambat.
Semua sudah berkumpul ketika aku tiba. Ah, untunglah.
Setelahku, ada beberapa orang yang tiba. Lengkap sudah akhirnya.
Untunglah aku bukan yang terakhir tiba.

Rombonganpun mulai menaiki kapal.
Akupun mengambil posisi dipojokan kapal, spot yang cukup nyaman untuk tidur.

Pukul 5.45 kapal mulai berlayar.
Sayup-sayup aku melihat dia ada diujung kapal, berdiri sambil menikmati perjalanan bersama beberapa temannya.
Aku hanya melihatnya indah dari kejauhan.

Angin semilir semakin menaikkan kantukku.
Lama-lama penglihatanku pun mulai gelap, aku pun tertidur  dipojokan.

Pukul 9 pagi,  pulau tujuan

Suara tawa membangunganku dari tidur ku.
Sambil mengucsap mata, kulihat sekelilingku.
Sudah sepi, Kemana mereka?

Aku berdiri dipojokan kapal, berusaha melihat keluar.
Rombongan ternyata sudah berada dipulau, ada yang  bermain pasir, ada yang berlari-lari riang, ada juga beberapa yang mendirikan tenda.

Akupun melihat jam tanganku.
Pukul 09.06.
Ah berarti sudah sekitar setengah jam mereka meninggalkanku dikapal ini.

Akupun turun dari kapal dan pergi ke pantai, berusaha menikmati keadaan sekitarku.
Di pantai itu, aku melihat ayunan yang sepertinya enak untuk disambangi.
Aku pun pergi ke ayunan itu.

Sesampainya, aku langsung duduk diayunan.
Aku mengeluarkan ipodku dan menempelkan headset di telingaku.
Lalu mulai memutar playlist yang ada didalamnya.
Volume aku set tidak terlalu keras, karena aku ingin menikmati suasananya juga.
Akupun menghentak kakiku agar ayunan mulai mengayun,

Seketika aku mulai melamun.
Membayangkan hal-hal yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Angin semilir ikut menemani lamunan indahku.

Tiba-tiba aku tersadar sejenak dari lamunanku, berusaha mencari dimana dirinya.
Aku tak berhasil menemukannya diantara segerombolan orang yang bermain disudut sana.

Pukul 10 pagi, diatas hamparan pasir pantai putih

Di sanalah ia berdiri. Di antara celah-celah mentari. Sinar mentari kala itu sedikit menghalangiku melihat wajahnya. Tapi aku yakin ia sedang tersenyum.

Dia.

Dia yang selalu aku lihat ketika jam istirahat sekolah, Sudah hampir 3 tahun senyumnya menemaniku ketika beristirahat.

Hey, aku tidak bilang aku jatuh cinta. Aku tidak tahu lebih tepatnya. Aku hanya suka melihat senyumnya. Lagi pula terlalu aneh bagiku untuk jatuh cinta pada orang yang tidak aku kenal.
Mungkin maksudnya tidak aku kenal seluruhnya.
Ya, aku (mungkin) hanya mengenali sebagian dirinya selama beberapa hari ini.

Seketika pikiranku melayang pada Kamis minggu lalu. Itulah kali pertama aku mengetahui namanya dan senyumnya tertuju pada diriku.

Tiba-tiba ia berjalan mendekat kearah ku.
Sekelebat pikiranku pun hilang karenanya.
Dadaku mulai bergetar hebat karena jantungku berdegub kencang.
Loh, kenapa ini, pikirku.
Akupun hanya terdiam dan melepaskan headsetku ketika dia sudah berdiri dihadapanku.

"Masih ngumpulin nyawa ya hahaha?" katanya.
"Iya aku ketiduran dikapal tadi. Untung aja kapal nya gak jalan hehe" jawabku.
"Tadi aku ngeliat kamu tidur di kapal, aku pengen ngebangunin, tapi kok kayanya tidurnya nyenyak banget ya. Yaudah aku biarin aja, lagian kapalnya juga kan udah dicarter, jadi gabakal kemana-mana kok" katanya kemudian.
"oh begitu ya, hahaha. syukurlah" ujarku.

"Eh kesana yuk" katanya tiba-tiba sambil menunjuk kearah hamparan pasir putih di salah satu ujung pulau.
Hamparan itu terlihat begitu nyaman, karena ada bagian hamparan yang berpayungkan pohon kelapa diatasnya.

"Yuk" seruku.

Di bawah pohon itu, aku duduk berselonjor memandangi indahnya laut.
Dia pun duduk disebelahku.

Kami pun kemudian mulai berbicara.
Kali ini sudah lebih hangat, entah kenapa akupun gak tau sebabnya.
Sekali-kali dia menggelitikku.
Mungkin karena gemasnya.
Atau mungkin karena hanya spontan saja.

Beberapa saat kemudian, kepalanya mulai bersandar di bahuku.
Akupun mulai menerka apa maksudnya ini.
Tapi aku bukanlah tipe orang yang ahli dalam menerka-nerka.

Obrolan pun berlanjut kemudian.
Berbagai hal dibahas, mulai dari hobi, selera musik dan lainnya.
Obrolan kali ini bisa dibilang lebih ke saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya.
Ya, aku saat itu mulai berharap untuk bisa masuk ke dunianya, seperti dirinya yang sudah masuk ke duniaku.

Tiba-tiba aku ingat satu hal
"Eh aku ada lagu bagus loh, coba kamu dengerin" kataku. "Mungkin kamu suka" sambungku kemudian.

Ah kenapa aku bisa lupa hal ini pikirku.

Akupun menyodorkan headsetku kepadanya.
Ia pun meraihnya, lalu menempelkannya di telinganya.
Matanya pun terpejam seketika, seiring alunan musik yang mulai mengalun.

Aku tau dia pasti mengerti maksud dari lagu ini.
Aku tau karena dari obrolan kemarin, dia sudah diterima sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jepang.
Tentu saja dia sudah cukup fasih berbahasa Jepang, pikirku.

"Liriknya menyentuh sekali. Tapi... kenapa kamu menunjukkannya kepadaku?"
"Ada hari dimana hari esok tak datang, itulah kenapa aku harus mengungkapkannya hari ini", sahutku.
Aku tak percaya dengan apa yang aku katakan barusan. Kata-kata itu spontan mengalir dari mulutku.

Lalu ia pun tersenyum padaku, seakan mengerti maksud perkataanku tadi.
Lalu dia langsung memelukku erat.
Seketika aku merasakan bahuku mulai basah oleh tetesan air matanya.
"Jangan pernah tinggalin aku ya" ujarnya sambil terisak.

Akupun membalas pelukan hangatnya.
Pelukan yang sepertinya tak akan aku lepaskan karena tak ingin kehilangannya.
Aku kemudian mendekapnya erat diatas hamparan pasir putih itu.

"Eh... tapi lagu tadi ada long version nya loh. Intronya lebih menyentuh" ujarku tiba-tiba.
"Aaaaa..... kenapa kamu ga nunjukin yang itu aja?" serunya manja sambil menggelitikku.

Kamipun tertawa dan bercanda berpayungkan pohon kelapa.
Pohon kelapa yang daunnya bergoncang semilir tertiup angin.
Pohon kelapa yang setia memayungi kami dari langit cerah hari itu.
Langit yang akan selalu menjadi saksi bisu dari semesta.
Langit yang menjadi saksi telah dimulainya lembaran baru dari sepasang kekasih.

Comments

Popular Posts